SELAMAT DATANG

Ketika aku masih kelas 5 sekolah dasar di suatu desa yang jauh dari ibu kota kabupaten, ada peristiwa yang sampai sekarang masih terngiang dalm ingatanku meskipun sudah terkubur satu generasi yakni ankku yang sekarang duduk di kelas 3 sekolah dasar yang namanya sama, alamatnya sama, jumlah kelasnya sama, waktu masuk kelasnya juga relatif sama. Yang membedakan hanya angka 1975 dengan 2012, bangunan dari “anyaman bambu ” dengan “tembok “, guru yang sangat mendidik dengan guru yang hanya mengajar, anak yang berkaki debu dengan anak yang bersepatu,.

Meskipun penuh perbedaan, namun perbedaan tersebut hanyalah perbedaan fisik yang memang hnya dapat dilihat dengan indera penglihatan yang sering menimbulkan perdebatan antara akal fikiran dan hati nurani. Betapa tidak? Kadang mata melihat sesuatu itu cantik, namun setelah dua, tiga kali kita lihat..ah ternyata ada yng lebih cantik, jika mata kita melihat pakaian itu bagus, dua tiga hari kemudian bahkan dalam hitungan jam saja mata kita akan berkata ini lebih baus dari yang itu.  Dengan kata lain pa yang kita lihat akan terkesan sesaat ketika kita belum melihat yang lain, Dari sinilah sering “mata kita” menimbulkan perdebatan yang sengit antara akal sehat dengan hati nurani kita sendiri. Perdebatan tersebut akhirnya menghasilkan kekecewan, keraguan, spekulasi dalam kita menentukan suatu pilihan.

Sama halnya dengan sekolah “dulu” dengan sekolah “sekarang”. Meskipun secara visual jauh lebih baik dari yang sekarang, namun kebaikan tersebut hanyalah sesaat ketika kita baru melihatnya, sebaliknya jika sudah terkubur oleh waktu meskipun sedetik bisa saja merubah pendangan mata kita menjadi tidak baik,

Sedangkan perbedaan yang hakiki adalah perbedaan yang terletak pada jiwa, roh, atau filosofi dari “sekolah dasar” itu sendiri. Namun karena jia, roh serta filosofi tersebut tidak kasat mata, maka sangatlah dianggap sebagai barang yang “remeh-temeh” untuk diperdebatkan.

Berawal dari semangat yang “remeh temeh” inilah, akan kami ungkap dengan bahasa dan tulisan yang “remeh-temeh” dan sering dianggap sebagai hal yang “remeh-temeh” oleh orang-orang yang sesungguhnyapin sangat dan sangat “remeh-temeh”

 

Tinggalkan komentar